Cerpen Pandi - wajahnya bingung di depan sebuah meja. lawanya tersenyum nakal seraya mengejek. namun papan hitam putih itu diam. Ramid berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin pion-pion caturnya. Dia kembali bingung dan berpikir lebih keras. haruskah dia menjadikan rakyatnya martir bagi pandangan dan tujuan yang hendak dicapainya, menang! Pion-pion catur mungkin tidak hidup dan catur hanyalah sebuah permainan. Ramid tahu pasti bahwa dia tidak mungkin menang jika tidak mengorbankan beberapa rakyatnya.
Dulu ketika Ramid pertama kali belajar catur dengan ayahnya, Ia takjub dengan posisi posisi yang ada di dalamnya. ada raja, ratu, kuncung, kuda dan benteng, tak ketinggalan barisan pion yang berjejer seragam didepan para pejabat negara putih dan hitam.
pion melangkah dan perang pun dimulai. 10 langkah pertama saling menyusun strategi, berusaha menyusupkan perwiranya ke dalam jantung pertahanan lawan. tidak ada yang bisa dilakukan tanpa pengorbanan. tidak ada yang bisa diandalkan dari taktik yang sama berulang ulang. zaman berkembang demikian juga catur. walau catur tidak pernah menambahkan personil atau kawasan.
perang selalu terjadi di dalam catur, pertarungan antara harga diri dan gengsi. katanya ini semua adalah masalah pencitraan. bagaimana pencitraan mematikan dari 10 langkah awal yang tersusun dengan rapi. untuk menggertak lawan bahwa taktik ini adalah taktik yang berbeda dan sungguh mempunyai taring dan daya tarung.
Tapi, Ramid tidak habis pikir, bagaimana mungkin menyamakan sebuah negara dengan sebidang papan catur. masing masing orang punya daya pikir sendiri untuk bergerak dan berbuat, punya cita-cita, dan yang pasti merdeka.
Ramid masih saja berpikir dengan keras, sementara senyum lawan sudah berubah menjadi raut muka yang lesu seakan lelah menunggu apa langkah Ramid selanjutnya. karena lawannya, peril, sudah tau jika ramid tidak mengorbankan ratunya maka raja akan mati dalam tiga langkah.