Thursday, January 17, 2008

Suatu hari di Hutan Melati

Jam menunjukan pukul 12.00 malam, burung hantu berbunyi di bawah sinar bulan purnama. Pohon-pohon besar bisu sambil berusaha menghalangi sinar bulan. Hutan melati, begitulah orang menyebutnya, hutan angker bernama manis. Konon ada seorang dukun, orang bule menyebutnya cenayang. Dukun ini sakti mandraguna dan bersahabat dengan seluruh mahluk halus yang mendiami hutan melati.
Siang itu Sekar sedang melakukan aktivitas normalnya seperti biasa, menulis. Tak ada hari yang diisi tanpa menulis, menulis dan menulis. Orang menyebut Sekar sebagai penulis. Selain menulis Sekar juga senang melakukan penelitian yang berhubungan dengan data yang akan dijadikan bahan karyanya. Semangat itulah satu-satunya semboyan yang ada di kamus kehidupannya.
Sekar sedang mengerjakan satu karya yang berhubungan dengan api. Bagaimana api dapat menghiasi kehidupan manusia sejak dulu kala. Buku-buku yang menghiasi dinding rumahnya pun dibongkar kembali. Seperti biasa sebelum melakukan ritual Sekar selalu berteriak. semangatt.. sambil mengangkat tangan kanan keatas. Buku-buku yang tertata rapi pun tercecer di dalam seluruh ruangan dalam waktu singkat. Sekar menemukan buku percobaan kimia dari tahun 60-an. Sampulnya tebal berlapis kulit kerbau. Dalam sela-sela buku itu ada kulit kaki kelinci yang konon dapat berfungsi sebagai jimat.
Sekar pun mulai melakukan percobaan dengan bekal panduan yang ada di buku. Menurut buku tersebut ada 4 unsur yang paling dominan. Api, Air, Bumi, dan Udara. Lalu bagaimana keindahan api itu agar lebih bisa dinikmati. Sekar bekerja dengan peralatan laboratorium rumah seadanya. Namun, kegagalan berulang-ulang yang ada. Sekar hampir putus asa dan berinisiatif untuk berjalan jalan mengelilingi hutan melati. Hutan yang seperti rumahnya sendiri. Ia melihat kebakaran hutan yang mati ketika sampai di pinggir sungai. Sekar berpikir api membutuhkan sesuatu sebagai media dan temperatur tertentu. Akan tetapi, Sekar berpikir kembali, apa itu jawabannya. Akhirnya Sekar pulang ke laboratorium di rumahnya. Melakukan beberapa eksperimen kembali. Sekar menemukan bahwa api hanyalah reaksi dari temperatur tertentu terhadap media yang mudah terbakar dan dikelilingi oksigen. Lalu Sekar mengambil beberapa bahan yang mudah terbakar dan mengumpulkannya di dalam satu wadah. Diberi sumbu dari kain yang dilaruti alkohol dan ... walah… ada keunikan terjadi. Laboratorium Sekar seperti dipenuhi bunga-bunga api dengan tempo ledakan dan letusan yang bervariasi disebabkan campuran-campuran yang berbeda. akhirnya Sekar menamakannya petasan. Sekar tersenyum bangga dan tak lupa berteriak. semangat..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

By pandi merdeka nurdiansyah